Beranda | Artikel
Ada Apa Dengan Radio Rodja dan Rodja TV (bag 9)? - Tanggapan Buat Al-Ustadz Dzulqornain hafizohulloh
Rabu, 6 November 2013

Meskipun bukan pada permasalahan ini akan tetapi ini sebagai tanggapan atas kritikan ustadz Dzulqornain yang ingin menepis kenistaan pemikiran saya.  :

Pertama : Perkataan beliau ((Ana telah mengingatkan antum masalah Abu Nida, tapi masih saja hal yang sama berulang dengan keberadaan Syaikh Sa’ad memberi ceramah di Jamilurrahman, seakan-akan tidak ada kecemburuan terhadap suatu hal yang membahayakan dakwah salafiyah. Wallahul Musta’an.)). Hal ini telah ana jelaskan dalam tulisan ana di (Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 2)? – Surat Al-Ustadz Dzulqornain Kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzaan) dan. Dan Syaikh Sa’ad maupun sykh Abdurrozzaq tidak pernah ceramah di jamilurrahman. Akan tetapi Ustadz Abu Nida sendiri yang langsung mengundang Syaikh Sa’ad ke pondok Bin Baaz. Kalau memang jamilurahan dan pondok Bin Baaz sesat tolong antum nasehati Syaikh Sa’ad. Sekalian juga nasehati beliau yang nekat mengisi kajian berbarengan dengan Syaikh Ali Hasan Baarokallahu fiik

 

Kedua : Perkataan al-Ustadz ((Saya merasa tenang dengan tahdzir Saya terhadap Rodja dengan kalimat-kalimat ringkas yang telah tersebar, dan Saya tidak perlu membuat bantahan untuk Ustadz Firanda lagi karena memang dari awal Saya tidak pernah berselera untuk melayaninya.))

Ini menunjukkan memang al-Ustadz sepakat dengan Syaikh Robi’ dan juga syaikh-syaikhnya yang lain untuk bahagia mentahdzir radiorodja. Tapi anehnya ustadz mengatakan bahwa tahdziran tersebut diperuntukan bukan untuk orang awam, orang awam sebaiknya mendengar rodja. Namun ternyata tahdziran tersebut justru tersebar ke orang awam.

 

Ketiga :  Perkataan al-Ustadz ((Tentang sebagian penyelenggara umrah gratis di Madinah yang merupakan asuhan pihak yang bermanhaj tidak jelas, Saya mempertanyakan mengapa Ustadz Firanda menjadi penerjemah bagi sebagian orang sururiyyin yang merupakan syaikh pemandu acara umrah itu? Sebagian Ustadz menjawab, “Itu hanya Firanda. Kami tidak ikut di dalamnya, dan kami telah mengingatkan Firanda tentang hal tersebut.”))

Kritikan :

–         Ini adalah umroh yang diadakan oleh Maktab Jaliyaat di Madinah. Dan saya kebetulan tatkala itu menjadi dai di Maktab tersebut, dan tentunya maktab ini dibawah naungan pemerintah, dan dibawah naungan mudir Jami’ah Islamiyah serta Imam al-Masjid Nabawi Asy-Syaikh DR. Abdul Muhsin Al-Qoosim, dan juga sempat di Isyrof oleh Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr. Jika dinilai manhajnya tidak jelas..yaa itu terserah al-Ustadz.

–         Dari mana ustadz mendapatkan info ini?? Ternyata dari muridnya (anggota Jama’ah Tahdzir) yang juga ikut serta dalam umroh tersebut. Saya jadi bingung, muridnya ini ikut menikmati umroh gratis, lantas ikut memberi info untuk mencela umroh yang ia ikuti juga??!!

–         Siapa Syaikh Sururi yang saya terjemahkan tersebut??, tolong sebutkan siapa namanya dan apa sururiahnya?? Agar ustadz tidak dituduh suka menuduh tanpa bukti.

–         Ceramah apa yang saya terjemahkan??, ternyata ceramah tentang adab umroh dan ikhlas dalam beribadah??

 

Keempat : Al-Ustadz berkata ((ada sedikit kesalahan terjemah dari Ustadz Firanda, yaitu ucapan Syaikh,

الشيخ : تعاونوا مع ذي القرنين، هو رجل طيب وإن كان كما تقول أنه متشدد شوي

Oleh Ustadz Firanda diterjemah,

“Syaikh : “Bekerja-samalah dengan Dzulqornan, ia adalah orang yang baik, meskipun dia agak keras -sebagaimana kau katakan- “.”

Seharusnya diterjemah,

“Syaikh : “Bekerja-samalah dengan Dzulqarnain, ia adalah orang yang baik. Kalau pada (Dzulqarnain) memang terdapat hal seperti apa yang kamu katakan, sesungguhnya dia agak keras.”.”

Saya kira semua orang bisa membedakan antara dua ibarat.

Kalau menurut terjemahan Ustadz Firanda, Syaikh sudah menyetujui laporan Ustadz Firanda dan menghukumi Dzulqarnain sebagai orang yang agak keras.

Kalau menurut terjemahan Saya, Syaikh masih menunggu kepastian kebenaran laporan Ustadz Firanda. Andaikata laporan tersebut benar, berarti Dzulqarnain agak keras)).

Kritikan : Saya rasa semua orang bisa menilai siapa yang salah menerjemah. Kalau terjemah versi al-Ustadz maka seharusnya Syaikh berkata فإنه متشدد, dengan tambahan huru faa. Meskipun al-Ustadz telah menasehati saya untuk belajar kembali bahasa Arab, maka saya katakan “Mari kita berdua bersama-sama belajar bahasa Arab”

 

Kelima : Al-Ustadz berkata : ((Ustadz Firanda menyebutkan salah satu jawaban Saya:

“Tanya:

Ustadz ana punya majalah yang di kelola oleh dai-dai ihya At-Turats, tapi dalam masalah ekonomi saja. Bolehkah mengambil ilmu ekonomi dari mereka?

Jawab:

“Ini Masalah mengambil ilmu dari ahlul Bid’ah atau orang-orang yang mendukung  at-Turats, berada diatas pemikiran mereka, ini adalah dai-dai yang tidak berjalan diatas jalan Sunnah, maka tidak boleh seorang mengambil dari ilmu Sunnah dalam bidang apapun dari orang-orang yang tidak berada diatas sunnah, Bukan berartinya seluruh yang disebut ahlul Bid’ah itu pasti salah, tidak, tapi para Ulama Sepakat untuk memboikot ahlul bid’ah dan tidak menganjurkan manusia belajar, sebab mungkin saja ada hal-hal yang mereka masukkan disela-sela pembahasan mereka yang lain dianggap bagus.

Kemudian dari sisi yang kedua mengenai masalah ilmu ekonomi sekarang, semua orang ingin bicara masalah ekonomi, semuanya ngambil dari para ulama ahlussunnah, ngapain ngambil dari orang-orang yang bermasalah, ilmu apa saja ada dari kalangan para ulama ahlussunnah, ada diterangkan dan tidak perlu seseorang menjatuhkan dirinya kedalam bahaya“”

Kemudian Ustadz Firanda berkomentar,

“Majalah yang dimaksud oleh penanya tentunya majalah yang sudah tersohor, yaitu majalah “Pengusaha Muslim”. Apakah majalah tersebut dikelola oleh para dai Ihyaa At-Turoots??, tentunya ini sebuah kebohongan nyata di siang bolong. Majalah ini sama sekali tidak dibantu oleh yayasan Ihyaa At-Turoots, bahkan dibiayai oleh seorang sahabat saya, seorang pengusaha, yang tentu ia tidak ingin disebutkan namanya di sini. –semoga Allah menjaga keikhlasannya-”

Tanggapan

Dalam pertanyaan tersebut, nama majalah tidak disebutkan. Oleh karena itu, dari mana beliau mengetahui maksud Saya dan maksud si Penanya?))

Krtikan :

–         Jika bukan majalah “Pengusaha Muslim” lantas majalah apa dong yang khusus ekonomi?, apakah al-Ustadz tidak tahu waqi’ medan dakwah di Indonesia??.

–         Ternyata juga majalah pengusaha muslim tidak dikelola oleh dai-dai Ihyaa At-Turots. (Kecuali yang dimaksud dengan dengan dai at-Turots adalah yang tidak semanhaj dengan Jama’ah Tahdzir). Seharusnya al-Ustadz –sebagai ustad yang mengerti tentang medan dakwah- bertanya ; Majalah apakah itu?, siapa dai-dainya?

–         Jawaban ustadz juga menunjukan semua da’i at-turots adalah ahul bid’ah, tidak berjalan di atas sunnah, apakah benar demikian?

–         Thoyyib jika memang al-Ustadz tidak memaksudkan majalah pengusaha muslim sekarang saya bertanya “Apa hukumnya membaca majalah pengusaha muslim”

 

Keenam : Perkataan Al-Ustadz ((Saya tidak bisa memahami dari mana Ustadz Firanda menyangka bahwa Syaikh Shalih memuji Ihyâ` At-Turâts. Dari tanya-jawab yang disebutkan, tidak ada pujian Syaikh Shalih terhadap Ihyâ` At-Turâts. Yang ada hanyalah ucapan Syaikh, “Yang membantu kalian, ambillah bantuannya dan manfaatkan bantuan tersebut”. Semua orang memahami bahwa pembolehan mengambil dana bukanlah pujian))

Krtikan : Berikut pujian beliau, al-‘Allâmah Shâlih Fauzân al-Fauzân hafizhahullâhu :
فقد اطلعت على نسخة من منهج جمعية إحياء التراث الاسلامي للدعوة والتوجيه فوجدته منهج صحيحا يتماشى مع الكتاب والسنة وما تحتاجه الأمة فجزى الله القائمين على هذه الجمعية خير جزاء وأمدهم بنصره وتوفيقه .

“Saya telah menelaah nuskhah (copy) yang berisi manhaj Perhimpunan Ihyâ` at-Turâts al-Islâmî lid-Da’wah wat-Taujîh dan saya dapati sebagai suatu manhaj yang benar, yang berjalan selaras di atas al-Kitâb (al-Qur`ân) dan as-Sunnah, dan dibutuhkan oleh umat. Semoga Allôh memberi balasan kepada para pengurus perhimpunan ini dengan sebaik-baik balasan, dan semoga Allôh menolong mereka dengan pertolongan dan taufiq-Nya.”
اطلعت على كثير من المشاريع الخيرية التي تقوم بها الجمعية وإني قد سررت بذلك وأسال الله لهم التوفيق والسداد .
“Saya telah melihat banyak dari proyek-proyek sosial yang dilaksanakan oleh jum’iyah (Ihyâ`ut Turâts), dan saya merasa gembira dengan hal tersebut. Saya mohon kepada Allôh agar memberikan taufîq dan kelurusan bagi mereka.

Adapun link nya telah ana cantumkan di (http://www.turathkw.com/topics/current/index.php?cat_id=13)

Al-Ustadz Dzulqornain tatkala ana berdialog langsung dengan beliau, ia menyatakan bahwa Syaikh Sholeh Al-Fauzan mengetahui penyimpangan Ihyaa At-Turots, maka saya berkata, “Jika Syaikh tahu lantas kenapa beliu tidak mentahdzir?, malah memuji?, malah membolehkan ambil dana??. Tolong datangkan satu saja tahdziran syaikh sholeh Al-Fauzan terhadap At-Turots???

Akui saja kalau al-ustadz berbeda dengan syaikh Sholeh Al-Fauzan tentang masalah at-Turots.

Dan jika firanda ternyata kurang akal…, maka berarti boleh dong firanda bertaqlid kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzan?? Juga bertaqlid kepada Syaikh Abdul Muhsin dan Syaikh Abdurrozzaq?? Kenapa mesti sewot !!

 

Ketujuh : Perkataan Al-Ustadz ((Saya tidak mengetahui Syaikh Al-Fauzan Menyalahkan keritikan saya terhadap Rodja. Juga ada kalam dari Syaikh Rabi’))

Kritikan : Al-Ustadz seharusnya paham sindiran Syaikh Sholeh Al-Fauzan dalam jawabannya untuk tidak sibuk mencela yayasan dan para dai ??. Jadi maksud Syaikh Sholeh Al-Fauzan apa kalau bagitu??, ini bukan kritikan terhadap antum??.

Demikian juga hal ini menunjukan al-Ustadz setuju dengan tahdzir Syaikh Robi terhadap Radiorodja, sebagaimana yang digembirakan oleh Al-Ustadz Luqman Ba’abduh dan al-Ustadz Askari. Dan mengenai hal ini telah saya kritik.

 

Kedelapan : Perkataan al-Ustadz ((Amatlah mengherankan bila seseorang yang merasa dirinya sangat berilmu, sudah berada pada kedudukan ulama))

Kritikan : Alhamdulillah mudah-mudahan saya tidak merasa demikian. Maaf, dimanakah saya pernah menyatakan demikian?. Adapun kalau saya mengkritik Syaikh Robi’ maka telah saya jelaskan berulang-ulang 2 kesalahan fatal syaikh Robi’. Dan saya masih menunggu pembelaan al-Ustadz Dzulqornain cs terhadap Syaikh Robi’, sebagai masukan bagi saya.

Ataukah tidak sebalikan al-Ustdaz yang malah merasa berilmu yang sangat nampak dari perendahannya (tanpa bantahan) kepada Syaikh Ali Hasan??

 

Kesembilan : Mengenai Radiorodja ibarat orang fajir?. Saya telah mengambil dzohir perkataan al-Ustadz bahwa radiorodja Fajir. Ini kesalahan saya, ternyata maksud al-Ustadz bukanlah makna dzohirnya.

Akan tetapi mengkiaskan radiorodja dengan orang fajir bagaimanapun tetap bermakna konotasi negatif, meskipun tidak melazimkan para pengisi radiorodja adalah orang-orang fajir, tapi intinya ada nilai kesamaan atau yang disebut dengan ‘illah jaami’ah. Nah saya sekarang ingin bertanya kepada ustadz, lantas apa sisi al-ustadz menyamakan radiorodja dengan orang fajir?

 

Kesepuluh : Al-Ustadz menyatakan Syaikh Muhammad Hasan diputar videonya di Radiorodja, serta syaikh-syaikh menyimpang yang lain…, bukankah ini kedustaan al-Ustadz?. Kalau bukan dusta tolong datangkan buktinya. Selain itu siapa lagi syaikh-syaikh yang menyimpang selain Syaikh al-Arifi yang diputar videonya di Radiorodja?

Terakhir kita masih menunggu apa sih kritikan utama yang mendasari al-Ustadz begitu semangat mentahdzir Radiorodja??. Kita ingin bukti yang nyata bukan yang dipaksa-paksakan apalagi kedustaan, hingga nantinya bisa menjadi masukan bagi Radiorodja. Toh Radiorodja pasti ada kesalahannya, namanya orang berdakwah dan banyak ceramah pasti tergelincir…akan tetapi tolong jelaskan ketergelinciran radiorodja??

 

Demikian dulu catatan ringan atas tanggapan al-Ustadz Dzulqornain, akan tetapi semua catatan tersebut bukan masalah pokok dan inti. Saya lebih tertarik untuk membahas masalah manhaj yang saya utarakan, seperti aqidah syaikh Robi’ bahwa wajib membenci mubtadi’ muslim 100 persen, dan para salaf dahulu menghajr tanpa melihat maslahat. Ini yang saya lebih nantikan, karena inilah yang sangat berpengaruh pada sifat keras saudara-saudara kita dari jama’ah tahdzir. Demikian juga kesalahan firanda dalam persalahan muwaazanah, itu juga sangat saya nantikan, dan saya harap al-Ustadz Dzulqornain mendahulukan permasalahan ilmiyah ini setelah permasalahan Syaikh Robi’ agar dialog menjadi focus, bukan katanya dan katanya…

Karena kalau hanya sekedar katanya dan katanya tentang al-ustadz Dzulqornain maka banyak info yang telah masuk kepada saya, hanya saja tidak pantas untuk saya sampaikan di forum ini karena tidak berkaitan dengan pembahasan ilmiyah.

Sungguh tanggapan berupa pembentukan opini maka mungkin saya tidak berminat lagi. Baarokallahu fiikum.

Atau jika al-Ustadz Dzulqornain berkenan maka saya mengajak Al-Ustadz berdialog terbuka bisa disiarkan secara live dan diikuti oleh seluruh salafiyin…, atau jika berkenan juga kita majukan di meja persidangan karena al-Ustadz telah mencemarkan nama baik Radiorodja!!. Sungguh saya melihat manfaat yang dilakukan oleh Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili tatkala menantang Syaikh Muhammad bin hadi untuk berdialog terbuka secara live, akan tetapi tidak ditanggapi oleh beliau. Akhirnya Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily  mengadukan syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkholi, sehingga sekarang fedahnya adalah Syaikh Muhammad pun terdiam dan tidak lagi sibuk mentahdzir beliau, karena setiap tahdziran yang tanpa hujjah akan menjadi boomerang bagi beliau.

Semoga Allah menyatukan hati-hati para salafiyin, menjadikan mereka tersibukan untuk membantah ahlul bid’ah bukan untuk mencari-cari kesalahan-kesalahan saudara-saudaranya, lalu mentahdzir dan mentabdi’.

Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 03-01-1435 H / 06-11-2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

 

 

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/963-ada-apa-dengan-radio-rodja-rodja-tv-bag-9-tanggapan-buat-al-ustadz-dzulqornain-hafizohulloh.html